Gedung : Stasiun Jakarta Kota
Arsitek : Frans Johan Louwrens Ghijsels
Fungsi : Stasiun Utama
Pengelola : PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Lokasi : Jl. Satasiun kota, Roa Malaka, Tambora, Jakarta Pusat
Dibangun : Tahap I : Tahun 1870
Tahap II: Tahun 1929
Stasiun Jakarta Kota lebih
dikenal sebagai Stasiun Beos, merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster
Spoorweg Maatschappij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Nama lain
untuk Stasiun Jakarta Kota ini yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia
Selatan. Nama ini muncul pada akhir abad ke -19, karena Batavia memiliki stasiun
kereta api Batavia Noord (Batavia Utara yang yang terletak di sebelah selatan
Museum Sejarah Jakarta sekarang). Batavia Noord pada awalnya merupakan milik
perusahaan kereta api Netherland Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan
merupakan terminal untuk jalur Batavia- Buitenzorg (Jakarta - Bogor), yang pada
tahun 1913 jalur Batavia - Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia
Belanda dan dikelola oleh Staats Spoorwegen (SS).
Batavia Zuid (Batavia Selatan),
awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk
renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus
1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya
dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur
Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada zaman Hindia Belanda tahun
1926 - 1931.
Stasiun Jakarta Kota merupakan
karya besar arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans
Johan Louwrens Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni
perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk
tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels
ini terkesan sederhana. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah
jalan terpendek menuju kecantikan. Siluet stasiun Jakarta Kota dapat dirasakan
melalui komposisi unit-unit massa dengan ketinggian dan bentuk atap berbeda.
Masa Kini
Stasun
Jakarta Kota akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475
tahun 1993. Walau masih
berfungsi, di sana-sini terlihat sudut-sudut yang kurang terawat. Keberadaannya
pun mulai terusik dengan adanya kabar mau dibangun mal di atas bangunan stasiun. Demikian pula
kebersihannya yang kurang terawat, sampah beresrakan di rel-rel kereta. Selain
itu, banyak orang yang tinggal di samping kiri kanan rel di dekat stasiun
mengurangi nilai estetika stasiun kebanggaan ini. Kini Pihak KAI melalui Unit
Pelestarian Benda dan bangunan bersejarah telah mulai menata stasiun bersejarah
ini
Bangunan dan Tata Letak
Stasiun ini, pada zaman kolonial
ada dua, yaitu Batavia NIS (Batavia Noord) dan Batavia BOS (Batavia Zuid).
Setelah kedua stasiun tersebut dibeli oleh pemerintah kolonial, perusahaan
kereta api negara Staatsspoor en Tramwegen, berencana untuk membangun stasiun
besar baru di atas lahan Stasiun Batavia BOS yang mulai ditutup sejak
tahun 1923. Sebagai gantinya, maka stasiun Batavia Noord eks-NISM yang
berjarak 200 meter ke arah Utara sebagai stasiun utama untuk melayani
penumpang. Tahun 1926, stasiun eks-BOS mulai dibongkar. Pembangunan ini
adalah proyek dari pembangunan gedung stasiun milik negara, maka Burgerlijke
Openbare Werken, (Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda), terlibat dalam
pembangunannya.
Stasiun
ini juga berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi beberapa kereta api
Jarak Jauh sebelum dipersiapkan pemberangkatannya di Gambir.
Layanan Kereta Api
Semua
kereta api penumpang jarak jauh dan menegah yang dahulu memiliki terminus ke
Stasiun Jakarta Kota akhirnya dialihkan ke Stasiun Pasar Senen. Sejak
tanggal 9 Februari 2017 semua perjalanan KA Walahar Ekspres/Lokal PWK dan KA
Jatiluhur/Lokal CKP dipindahkan ke Stasiun Tanjung Priok.
KRL/CommuterLine Jabodetabek
Sejak
dipindahkannya kereta api lokal ke Stasiun Tanjung Priok, stasiun ini
hanya melayani KRL Commuter LineJabodetabek. Adapun KRL yang mengakhiri
dan mengawali perjalanan di stasiun ini adalah:
· Red Line
·
(Depok branch), dari dan
tujuan Depok
·
(Bogor branch), dari dan
tujuan Bogor
· Blue Line
·
(Bekasi branch), dari
dan tujuan Bekasi
·
via Manggarai
·
via Pasar Senen
·
(Cikarang branch), dari
dan tujuan Cikarang
·
via Manggarai
·
via Pasar Senen
· Pink Line
·
(Tanjung Priok branch),
dari dan tujuan Tanjung Priok
·
(Kampung Bandan branch),
dari dan tujuan Kampung Bandan
Insiden
Pada tanggal 26 Desember 2014 pukul 06.30,
lokomotif CC201 89 07 menabrak peron di Stasiun Jakarta
Kota, pada saat melangsir rangkaian kereta api Argo Parahyangan.
Lokomotif tersebut melampaui batas aman berhenti, sehingga meloncat keluar rel
kemudian menggerus lantai peron. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini
Intisari
1.
Stasiun kereta api ini dulunya biasa disebut
dengan nama B.O.S = Bataviasche Ooster Spoorweg (Batavia Eastern Railway),
Namun bagi penduduk Jakarta tempo dulu, stasiun ini disebut Beos. Kini nama
stasiun ini dikenal dengan nama Stasiun Jakarta Kota.
2.
Stasiun Beos merupakan salah satu Landmark kota
Jakarta Tua, yang didirikan pada tahun 1929, yang juga merupakan lambang dari
arsitektur bergaya modern pada masa itu. Merupakan pusat dari semua perjalanan
kereta api pada masanya dan juga merupakan stasiun pertama yang dibuat.
3.
Stasiun ini merupakan satu kesatuan dengan
gedung disekelilingnya seperti Museum Fatahillah (dulunya merupakan gedung
Pemerintahan), Museum Seni Rupa (dulunya merupakan gedung Pengadilan, didirikan
tahun 1871), Museum Wayang (dulunya merupakan Gereja), stasiun Beos tidak dapat
dilepaskan bahwa ia adalah satu dari saksi kejayaan Batavia Tempoe Doeloe dan
juga saksi dari perjalanan perkembangan Kereta Api Indonesia hingga Sekarang
ini.
4.
Stasiun kota di bangun dengan gaya lasik yang
masihb di pertahankan keasliannya dan teksturnya hingga saat ini sebagai dan
kebanggaan bagi warga kota jakarta.
Sumber: