Jadi gini ceritanya..
Saat di bangku sekolah kalian pasti pernah belajar pantun
kan? Apa kalian masih ingat? Dalam satu bait pantun lazimnya terdiri dari 4 baris,
2 baris pertama merupakan bagian sampiran dan 2
baris berikutnya merupakan isi. Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a. Jenis pantun
pun ada bermacam-macam, seperti pantun jenaka, pantun agama, pantun nasihat,
pantun percintaan dan lain-lain. Pantun yang telah kita tahu dan kita pelajari
tersebut merupakan Pantun Melayu. Namun,
pantun yang dimaksud disini adalah Pantun Sunda. Apa kalian tahu apa yang
membedakan keduanya?
Pantun Sunda merupakan seni pertunjukan
cerita sastra Sunda lama yang disajikan dalam paparan, dialog, dan nyanyian.
Seni pantun dilakukan seorang juru pantun diiringi kacapi yang dimainkannya sendiri.
Sedangkan pantun Melayu itu seperti yang telah kita tahu, yaitu puisi yang
terdiri dari dua bagian (sampiran dan isi).
Pantun Sunda merupakan dongeng sunda
asli warisan leluhur yang bercerita tentang kehidupan pada zaman kerajaan-kerajaan
Sunda yang terkait dengan tokoh-tokoh mitos pahlawan Sunda, di antaranya
Mundinglaya Di Kusumah, Prabu Siliwangi, Lutung Kasarung, dsb.
Biasanya pertunjukan pantun di adakan
saat ada upacara pernikahan, khitanan, selamatan dan upacara adat lainnya.
Pertunjukan dimulai setelah shalat isya menjelang shalat subuh. Sebelum
pertunjukan dimulai, juru pantun menyiap sesajen sebagai salah satu syarat agar
pertunjukan berjalan dengan lancar dan untuk menjaga keselarasan dengan ruh
leluhur atau makhluk halus.
Isi cerita pantun tersebut tidak hanya terbatas dari
kejadian masa lampau belaka, tetapi sarat akan makna yang terkandung di
dalamnya seperti pandangan hidup, nilai etis, filsafat dan sebagainya. Makanya
banyak masyarakat dari kalangan bawah hingga atas yang berdatangan untuk
melihat pertunjukan tersebut agar mendapatkan petuah-petuah di dalamnya. Namun
seiring berkembangnya teknologi, kesenian ini mulai tergeser dan sudah jarang
sekali ditemukan juru pantun dan versi ceritanya pun semakin berkurang.
Cerita
pantun bukan hanya merupakan karya sastra lisan yang luhur dari masyarakat
Sunda. Naskah-naskah tersebut mengandung bagian-bagian yang menyangkut
peristiwa sejarah Sunda, maka pantun memiliki nilai sejarah. Karena itu, cerita
pantun dianggapnya sebagai artefak budaya masyarakat Sunda sekaligus bentuk
kebudayaan Sunda yang paling besar.
Sumber referensi :
http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/video.php?file_video=pantun-sunda.flv
http://ishak-mohamad.blogspot.com/2013/05/khazanah-pantun.html
http://dziebrow.blogspot.com/2009/02/pantun-sunda_16.html
Sumber referensi :
http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/video.php?file_video=pantun-sunda.flv
http://ishak-mohamad.blogspot.com/2013/05/khazanah-pantun.html
http://dziebrow.blogspot.com/2009/02/pantun-sunda_16.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar