Sabtu, 02 Mei 2015

Pantun sebagai Artefak Budaya Sunda


Lho, kenapa pantun bisa disebut sebagai artefak budaya sunda?

Jadi gini ceritanya..

Saat di bangku sekolah kalian pasti pernah belajar pantun kan? Apa kalian masih ingat? Dalam satu bait pantun lazimnya terdiri dari 4 baris, 2 baris pertama merupakan bagian sampiran dan 2 baris berikutnya merupakan isi. Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a. Jenis pantun pun ada bermacam-macam, seperti pantun jenaka, pantun agama, pantun nasihat, pantun percintaan dan lain-lain. Pantun yang telah kita tahu dan kita pelajari tersebut merupakan Pantun Melayu.  Namun, pantun yang dimaksud disini adalah Pantun Sunda. Apa kalian tahu apa yang membedakan keduanya?

Pantun Sunda merupakan seni pertunjukan cerita sastra Sunda lama yang disajikan dalam paparan, dialog, dan nyanyian. Seni pantun dilakukan seorang juru pantun diiringi kacapi yang dimainkannya sendiri. Sedangkan pantun Melayu itu seperti yang telah kita tahu, yaitu puisi yang terdiri dari dua bagian (sampiran dan isi).

Pantun Sunda merupakan dongeng sunda asli warisan leluhur yang bercerita tentang kehidupan pada zaman kerajaan-kerajaan Sunda yang terkait dengan tokoh-tokoh mitos pahlawan Sunda, di antaranya Mundinglaya Di Kusumah, Prabu Siliwangi, Lutung Kasarung, dsb.
Biasanya pertunjukan pantun di adakan saat ada upacara pernikahan, khitanan, selamatan dan upacara adat lainnya. Pertunjukan dimulai setelah shalat isya menjelang shalat subuh. Sebelum pertunjukan dimulai, juru pantun menyiap sesajen sebagai salah satu syarat agar pertunjukan berjalan dengan lancar dan untuk menjaga keselarasan dengan ruh leluhur atau makhluk halus.

Isi cerita pantun tersebut tidak hanya terbatas dari kejadian masa lampau belaka, tetapi sarat akan makna yang terkandung di dalamnya seperti pandangan hidup, nilai etis, filsafat dan sebagainya. Makanya banyak masyarakat dari kalangan bawah hingga atas yang berdatangan untuk melihat pertunjukan tersebut agar mendapatkan petuah-petuah di dalamnya. Namun seiring berkembangnya teknologi, kesenian ini mulai tergeser dan sudah jarang sekali ditemukan juru pantun dan versi ceritanya pun semakin berkurang.

Cerita pantun bukan hanya merupakan karya sastra lisan yang luhur dari masyarakat Sunda. Naskah-naskah tersebut mengandung bagian-bagian yang menyangkut peristiwa sejarah Sunda, maka pantun memiliki nilai sejarah. Karena itu, cerita pantun dianggapnya sebagai artefak budaya masyarakat Sunda sekaligus bentuk kebudayaan Sunda yang paling besar.

Sumber referensi :
http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/video.php?file_video=pantun-sunda.flv
http://ishak-mohamad.blogspot.com/2013/05/khazanah-pantun.html
http://dziebrow.blogspot.com/2009/02/pantun-sunda_16.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar